Sekitar
pertengahan tahun 2014, setelah melewati
waktu UTS (Ujian Tengah Semester) saya dan teman-teman berlibur ke kota
Yogyakarta. Saya, Rizki, Katon, Fikri, Fadjri, Satrio dan Nyoman sudah merencanakan
sebulan sebelumnya, dimulai dengan membeli tiket kereta murah , yaitu kereta
ekonomi Progo seharga 90 ribu rupiah (saat itu) sekali jalan. Kamipun langsung
membeli tiket untuk PP (pulang-pergi) Jakarta- Yogyakarta dan Yogyakarta-Jakarta.
Jadi kami sudah menentukan tanggal berangkat dan tanggal untuk kembali ke
Jakarta.
Hari Pertama
Tibalah
hari keberangkatan , kereta Progo dijadwalkan berangkat pukul 22.00 dari
Stasiun Pasar Senen dan tiba di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta sekitar pukul
06.30 pagi. Kami sepakat untuk menggunakan KRL dari Depok dan bertemu di
Stasiun Pondok Cina pukul 19.00. Berangkat dari Depok turun di Stasiun Cikini,
lanjut ke Stasiun Pasar Senen menggunakan bajaj. Sampai di Stasiun Pasar Senin
pukul 21.00, masih ada waktu satu jam , akhirnya kami mencari swalayan untuk
membeli perbekalan selama di kereta.
Terdengar
pengumuman bahwa kereta Progo sudah tiba dan kamipun bergegas untuk masuk ke
dalam dengan menunjukkan tiket dan kartu identitas, lalu masuk ke dalam kereta
Progo. Kereta ini termasuk kereta ekonomi, bangku untuk duduk masih berhadapan
dengan posisi 3 – 2. Kereta pun berangkat tepat pukul 22.00. Kereta ekonomi
sekarang sudah tidak lagi berhenti di setiap stasiun, tidak terasa sudah sampai
di stasiun Cirebon. Kami keluar kereta untuk mencari udara dan meluruskan
badan, maklum kereta ekonomi kurang nyaman.
Setelah
sekitar 15 menit, kereta berangkat lagi saya memutuskan untuk tidur supaya
tidak terlalu bosan dan terasa lama. Saya terbangun ternyata di kaca jendela
sudah terlihat matahari terbit, sudah dekat dengan kota Yogyakarta karena di
kanan kiri terhampar sawah dengan padi yang menguning.
Hari Kedua
Hampir
pukul 07.00 kereta sampai di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta, kami turun lansung
mencari mobil taxi minibus karena kami bertujuh, tidak cukup kalau memakai taxi
sedan. Nego harga , ternyata hanya 10 ribu 1 orang sampai di tempat tujuan.
Tujuan kami adalah Guest House Triakso di Jakal (Jalan Kaliurang) tepatnya di
daerah Condong Catur kami direkomendasikan oleh teman kami, Mas Erick yang kost
di dekat Guest House ini. Sampai di sana, kami lansung mencari sarapan karena
perut sudah mulai berbunyi. Setelah sarapan kami beres-beres dan beristirihat
sampai siang. Karena masih terasa lelah selama perjalanan dan masih berunding
soal kendaraan, kami memutuskan untuk stay di Guest House.
Hari Ketiga
Setelah
berunding, kami sepakat untuk menyewa mobil karena cuaca sedang sering hujan,
bermodalkan motor Mas Erick sebagai jaminan. Mas Erick mengajak kami untuk pergi
ke Kaliurang. Kami langsung setuju dan berangkat menuju rumah Alm. Mbah
Maridjan. Cukup murah untuk masuk ke daerah Kaki Gunung Merapi ini 3000 rupiah
untuk 1 orang. Ternyata mobil tidak boleh sampai ke atas, kami parkir lalu kami
jalan untuk sampai ke komplek rumah Alm. Mbah Maridjan, karena menanjak tidak
semua ikut ke atas, Fadjri, Rizki dan Mas Erick memilih untuk duduk di saung
penjual kopi dan makanan ringan. Lumayan menanjak memang tapi tidak terlalu
jauh sekitar 1 kilometer jalan kaki.
Di komplek ini ada
bangunan dan bukti bukti meletusnya Gunung Merapi 2006, seperti mobil ambulance
dan rumah Alm. Mbah Maridjan yang sudah hangus dan rata dengan tanah. Disini
juga dijual pernak pernik baju dan yang lainya , penjualnya sendiri adalah anak
Mbah Maridjan.
Setelah puas berfoto
dan melihat , kami turun lagi ke tempat teman kami lainnya menunggu. Karena
hari sudah mulai gelap kami bergegas kembali ke Guest House untuk mandi.
Setelah mandi kami pergi mencari makan, ya kami ingin berkuliner malam. Mie Jawa
dan Kopi joss, khas Jogja tentunya. Dipandu dan direkomendasikan oleh Mas Erick
tempat yang enak untuk mencicipi makanan ini kami pun pergi bersama dia.
Kopi
Joss adalah kopi yang disajikan panas dengan diberi arang, dan Mie Jawa khas
Jogja adalah Mie, telur, ayam dan sayuran yang dimasak dengan arang. Setelah
selesai kami pun bergegas pulang karena esok hari jam 3 pagi kami berencana
berangkat ke jajaran pantai selatan Gunung Kidul, melihat sunrise.
Hari Keempat
Karena
ingin mengejar sunrise kami berangkat sekitar pukul 03.30 menuju pantai selatan
Gunung Kidul, butuh waktu 2,5 jam perjalanan untuk sampai di sana. Jalanan
masih gelap dan agak berkabut, bermodalkan GPS kami berdelapan termasuk Mas
Erick tetap berangkat. Rute yang digunakan melalui daerah Wates.
Setelah
menempuh 2,5 jam perjalanan, ternyata sudah sampai di pantai paling timur yaitu
Pantai Indrayanti. Waktu menunjukkan pukul 06.00 agak telat untuk sunrise
karena sudah lumayan tinggi matahari bersinar. Pantai Indrayanti ini berpasir
putih, karena pantai selatan Jawa dikenal dengan ombaknya yang tinggi jadi
tidak bisa digunakan untuk berenang, hanya bermain air dan pasir di pinggir
pantai.
Pada
waktu ini, bukan musim liburan dan masih pagi kondisi pantai agak sepi dan
hanya ada beberapa kelompok wisatawan. Dan saya pun sempat mengobrol dengan
salah satu wisatawan asal Solo, sama seperti kami mereka berangkat pagi buta
karena ingin melihat sunrise disini.
Setelah
puas dari pantai Indrayanti kamu melanjutkan ke arah Barat, yaitu pantai Sundak,
pantai Krakal, pantai Drini, pantai Sepanjang, pantai Krukup dan yang terakhir
adalah pantai Baron.
Hari Kelima
Hari
terakhir kami bisa berlibur disini, karena besok siang kami sudah harus pulang
ke Jakarta dengan kereta Progo. Kami memutuskan untuk kembali wisata kuliner
dan membeli oleh-oleh. Yang pertama kami tuju adalah Mie PERSIS, di Jl. Pandeyan 10 B Yogyakarta. Mie PERSIS adalah
mie instant biasa namun disajikan persis sama seperti gambar yang ada di
bungkusnya .
Semisal
mie goreng disajikan lengkap dengan telur mata sapi dan sayuran pelengkap
seperti tomat. Begitu juga dengan mie rebus kari ayam, disajikan lengkap dengan
sepotong paha ayam. Ketika kami berada disana antrian cukup banyak, menurut
juru parkir disana tempat ini ramai dikunjungi saat jam-jam pulang sekolah dan
sore hari. Patut untuk dicoba dan info lebih jelas bisa dilihat di twitter
@TELAP12.
Selanjutnya
kami menuju Snowball, sebuah tempat makan penutup dengan menu yang
mengedepankan es serut yang dipadukan dengan susu atau santan, dan diisi dengan
berbagai macam isian seperti pudding, bubble, ubi atau kacang merah. Snowball
beralamat di Jl. Wahid Hasyim, Nologaten, Jogja. Tempat nya nyaman dan lumayan
unik serta tidak terlalu ramai karena kami kesana saat musim hujan.
Setelah
perut terasa kenyang, kami menuju pusat pembelian oleh-oleh seperti Dagadu dan
Bakpia. Pusat dagadu di jogja ada di Jalan Gedongkuning Selatan, Yogyakarta
disana kami membeli baju dan gantungan kunci. Sebenarnya bukan untuk oleh-oleh
tapi dipakai sendiri juga. Sedangkan untuk bakpia dan makanan lainya kami hanya
membeli di pusat oleh-oleh yang menjual berbagai macam makanan khas daerah
Yogyakarta.
Hari Keenam
Waktunya
pulang kembali ke Jakarta, setelah beristirahat dan menata barang-barang pukul
14.00 kami berangkat ke stasiun Lempuyangan diantar oleh Mas Erick, tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada penjaga Guest House Triakso. Sampai di stasiun
kereta pun sudah tersedia lalu kami langsung masuk dan berterima kasih juga
dengan Mas Erick. Dijadwalkan sampai di Jakarta sekitar pukul 02.30 petang.
Demikian
pengalaman berlibur saya dan teman-teman ke Yogyakarta.